Jejak Pandya India di Alor: Benarkah Terhubung?

Sebuah pertanyaan menarik menggugah rasa ingin tahu para sejarawan dan budayawan terkait kemungkinan adanya jalinan sejarah antara Kerajaan Pandai di Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur, dengan Kerajaan Pandya yang pernah berjaya di India Selatan. Meskipun terpisah oleh jarak geografis yang jauh, jejak linguistik dan catatan sejarah kuno memunculkan spekulasi mengenai potensi hubungan di masa lampau.

Dalam karya monumental Empu Prapanca, Negarakertagama (1367 M), sebuah kata terukir dengan kekuatan sejarah yang mendalam bagi kerajaan-kerajaan di Alor, yaitu "Galiau" (Pantar). Istilah "Galiau" sendiri lekat dengan peristiwa peperangan antara dua kerajaan bertetangga dekat, yakni Kerajaan Munaseli di ujung timur Pulau Pantar dengan Kerajaan Pandai.
Kala itu, Kerajaan Munaseli yang terdesak meminta bantuan kepada Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa.

Sayangnya, uluran tangan Majapahit tiba terlambat. Kerajaan Munaseli telah terlebih dahulu tumbang di tangan Kerajaan Pandai, dan penduduknya tercerai-berai ke berbagai penjuru Alor. Pasukan Majapahit yang tiba kemudian hanya dapat menetap di lokasi reruntuhan Kerajaan Munaseli yang telah jatuh ke tangan Kerajaan Pandai untuk beberapa waktu.

Masih dalam lembaran Negarakertagama, Empu Prapanca juga menyinggung istilah "Galiau Watang Lema." Bagi masyarakat Alor, istilah ini erat kaitannya dengan daerah-daerah pesisir Alor yang meliputi wilayah Pandai, Blagar, Baranua di Pulau Pantar, serta Kui dan Bunga Bali di Alor Barat Daya. Penyebutan wilayah Pandai dalam konteks geografis yang luas ini semakin memperkuat spekulasi mengenai signifikansi nama "Pandai" bagi wilayah Alor.

Peristiwa peperangan antara Kerajaan Munaseli dan Kerajaan Pandai, permohonan bantuan Munaseli kepada Majapahit, hingga kekalahan Munaseli, juga pernah diangkat oleh Mezra E. Pellondou dalam antologi puisinya "Beta Indonesia Keliling Tanah Air dengan Puisi" (2017) dengan judul "Majapahit Datang" (halaman 100). Perspektif sastrawi ini turut memperkaya pemahaman mengenai dinamika kekuasaan di Alor pada masa lampau.

Lebih jauh lagi, menelusuri tuturan dari para tetua adat Alor membuka lembaran sejarah mengenai kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri megah di kepulauan yang terkenal dengan julukan "Negeri Seribu Moko" ini. Rekam jejak kerajaan-kerajaan di Pulau Alor juga dapat ditemukan dalam berbagai pemberitaan daring maupun luring, buku-buku sejarah, catatan jurnalistik, termasuk platform ensiklopedia daring seperti Wikipedia. Tercatat sekitar delapan hingga sembilan kerajaan pernah eksis di Alor, mulai dari yang tertua seperti Kerajaan Abui dan Kerajaan Alor, hingga Kerajaan Batulolong, Kerajaan Bunga Bali, Kerajaan Kolana, Kerajaan Kui, Kerajaan Mataru, dan Kerajaan Pureman.

Keberadaan Kerajaan Pandai di antara kerajaan-kerajaan Alor ini menjadi titik fokus utama dalam upaya mencari keterkaitan dengan Kerajaan Pandya di India. Kesamaan nama yang cukup mencolok memicu pertanyaan mendasar: apakah ini hanya sebuah kebetulan linguistik semata, ataukah menyimpan jejak hubungan sejarah yang lebih dalam?
Para ahli bahasa dan sejarah mencoba menelusuri etimologi kata "Pandai" dalam konteks bahasa-bahasa di Alor dan membandingkannya dengan kemungkinan akar kata dalam bahasa-bahasa Dravida di India Selatan, tempat Kerajaan Pandya pernah berkuasa. Meskipun penelitian ini masih dalam tahap awal, potensi adanya migrasi atau pertukaran budaya di masa lampau tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan.

Selain kemiripan nama, para peneliti juga mencari kemungkinan adanya kesamaan dalam aspek budaya, tradisi, atau sistem pemerintahan antara Kerajaan Pandai di Alor dengan Kerajaan Pandya di India. Meskipun tantangan dalam meneliti aspek-aspek ini cukup besar mengingat rentang waktu dan jarak geografis, setiap petunjuk sekecil apapun menjadi sangat berharga.

Hipotesis mengenai hubungan antara kedua kerajaan ini tentu memerlukan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif. Analisis artefak arkeologi, perbandingan struktur sosial, studi tentang mitologi dan cerita rakyat, serta penelusuran catatan-catatan pelayaran kuno dapat menjadi jalur-jalur penelitian yang menjanjikan.

Jika memang terjalin hubungan sejarah antara Kerajaan Pandai di Alor dengan Kerajaan Pandya di India, temuan ini akan memberikan wawasan yang luar biasa mengenai jaringan perdagangan dan pertukaran budaya maritim di masa lampau. Hal ini juga akan memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana ide-ide, orang-orang, dan mungkin bahkan nama-nama dapat berpindah melintasi samudra dan meninggalkan jejak di tempat-tempat yang jauh.

Namun demikian, penting untuk tetap bersikap kritis dan tidak terburu-buru menarik kesimpulan. Kemiripan nama bisa saja merupakan sebuah kebetulan, dan tanpa bukti-bukti yang kuat, spekulasi mengenai hubungan sejarah tetaplah sebatas hipotesis yang menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut.

Kendati demikian, potensi adanya hubungan antara Kerajaan Pandai di Alor dengan Kerajaan Pandya di India merupakan sebuah pertanyaan yang layak untuk terus diteliti. Setiap penemuan baru dari catatan sejarah, artefak arkeologi, atau studi linguistik dapat memberikan petunjuk yang lebih jelas mengenai misteri ini.

Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat melibatkan kolaborasi antara para sejarawan, arkeolog, ahli bahasa, dan budayawan dari Indonesia dan India. Pertukaran pengetahuan dan metodologi penelitian lintas negara dapat membuka perspektif baru dan menghasilkan temuan-temuan yang lebih signifikan.

Selain itu, partisipasi aktif dari masyarakat Alor, terutama para tetua adat yang menyimpan pengetahuan tradisional dan cerita lisan, juga sangat penting dalam mengungkap tabir sejarah ini. Warisan budaya lisan mereka mungkin menyimpan petunjuk-petunjuk berharga yang belum terdokumentasi dalam catatan tertulis.

Kisah mengenai kemungkinan hubungan antara Kerajaan Pandai di Alor dengan Kerajaan Pandya di India adalah sebuah pengingat bahwa sejarah seringkali menyimpan kejutan dan keterkaitan yang tak terduga. Rasa ingin tahu dan semangat untuk terus meneliti adalah kunci untuk membuka lembaran-lembaran sejarah yang masih tersembunyi.

Jika pada akhirnya terbukti adanya hubungan antara kedua kerajaan ini, penemuan ini akan menjadi babak baru yang menarik dalam sejarah maritim Asia Tenggara dan interaksinya dengan dunia yang lebih luas. Hal ini juga akan semakin memperkaya warisan budaya Kepulauan Alor dan menempatkannya dalam konteks sejarah global yang lebih luas.

Oleh karena itu, upaya untuk meneliti lebih lanjut mengenai kemungkinan hubungan antara Kerajaan Pandai di Alor dengan Kerajaan Pandya di India patut untuk terus didukung dan dikembangkan. Rasa ingin tahu dan semangat penjelajahan intelektual adalah modal utama dalam mengungkap misteri sejarah yang menanti untuk dipecahkan.

About marbun

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Post a Comment